Sabtu, 29 November 2008

Introduction To Destruction (ps : i'm in pain)

Entah kenapa hari ini terasa janggal buatku, suasananya benar-benar lain dari hari-hari sebelumnya.

"apakah aku terbawa suasana?",

"atau jangan-jangan aku sedang mengkhianati suasana?", gumamku sambil mengerutkan dahi.

"huh, apalah arti sebuah hari bagiku yang tak berperasaan ini?",

"apalah arti sebuah suasana bagiku yang bodoh ini?", kulanjutkan gumamanku sambil perlahan tersenyum.

Kukhianati waktu dengan terus membolak balik "buku kenangan" di kepalaku, terus kubolak balik hingga kumal dan kotor di setiap lembarnya. Tapi, waktu memang makhluk yang tak berperasaan, dia terus saja maju, berputar dari arah kiri ke kanan, meninggalkan aku yang masih dipeluk-ciumi masa lalu. Dan aku masih belum berhenti memanggil sambil memakinya.

Aku sendiri dan bersembunyi di kamarku yang sengaja kubuat remang dan cenderung gelap, sinar matahari yang biasanya masuk lewat jendela kamar, kuhalangi dengan karton hitam. Akusendiri dan bersembunyi dari dnia dengan segala macam tingkah polahnya, bersembunyi darimanusia, karena aku muak dengan mereka.

Sendiri..., i'm alone now,
sendiri..., i can't see people coming,
sendiri..., i'd rather die,

sembunyi..., karena aku takut,
aku takut menjadi dewasa,
aku takut menjadi munafik,
tapi, semua orang munafik,
semua orang meludah, dan menjilat ludahnya kembali,
semua orang
munafik !!!!!!!

Kusandarkan badanku di tembok kamarku yang dingin, sebentar kupejamkan mataku sambil menghela nafas, aku masih sendirian di kamarku yang gelap.

i'm still here...,
alone...,
in the darker room...,
no one else here but me.


Aku merasakan pipiku tiba-tiba terasa basah dan hangat, perlahan aku mulai terisak memanggil mamaku ;
"ma...mama..., aku sakit maa...,aku capek maa..., aku gak kuat lagi, maa...!!!", ucapku lirih setengah berbisik,

Mama..., lautan kesabaran yang luas dan dalam, cahaya mentari penuh kehangatan, terasa sejuk dan berikan ketenangan, di waktu pagi yang menjelang.

Aku masih mengerang ersama tangis saat kupanggil ayahku ;
"pa...papa..., aku gak bisa paa..., aku gak mau paa..., aku capek dan ini sakiitt...!!!, geramku sambil menahan pening yang mulai hadir di kepala,

Papa..., ombak besar yang selalu menghajar, terik mentari yang membakar, gersang, hadirkan keresahan dan kegalauan, di siang hari yang kejam.

Rasa pusing mulai menjadi-jadi di kepalaku, kupukul-pukul dengan genggaman tanganku, semakin sakit dan aku rebah sambil terus memegangi kepalaku. Kupandangi langit-langit kamarku, kupandangi wajah orang tuaku, mereka seolah berputar-putar bersama kamar ini,

Papa dan mama..., Syiwa & Wisnu..., Chaos & Order..., Yin & Yang..., War & Peace.

Jebakan dualisme klasik yang tak mampu mengusir rasa sakit di kepalaku ini,

frustasi..., depresi..., anxietas..., akut..., mungkin juga kronik..., insomnia..., obsesif-kompulsif..., bisa jadi paranoid..., skizo.

Entah kenapa aku bisa tertawa cekikikan, perlahan kubalikkan badanku, mencoba tuk terpejam sambil menahan rasa pening yang mulai berkurang. Badanku terasa lelah dan kucoba tuk tertidur.

Sebentar -sebentar dalam suara-suara sayup kudengar tawa anak kecil, tawa renyah dan lugu,
kudengar juga tangis anak kecil, tangis suci dan murni.
Perlahan aku membalikkan badanku lagi, kutatap lagi langit-langit kamarku,
mencoba membayangkan wajah mereka, berusaha membayangkan dunia mereka,
ahh..., masa kanak-kanak, semuanya indah dan menyenangkan,
namun ketika mereka dewasa, ahh..., mereka sakit oleh pikiran, mati oleh pikiran.

"biarlah mereka tetap menjadi anak-anak!!",
"tak perlu menjadi dewasa, tak akan menjadi orang munafik!!!!", gumamku pelan.

Hampa...,
Semakin hampa...,
Tambah hampa.

"sebenarnya, untuk apakah semuanya ini?, adakah kau tahu?,
untuk pengakuankah?, pengakuan atas apa?, pengakuan dari siapa?".

"dasar bodoh, kau belum juga mengerti rupanya?!".

Jumat, 28 November 2008

[S.A.T.R.I.A ]

...This relationship has become a relationsh*t, and it's super-duper sucks...

Seumur hidup aku hanya akan dicap sebagai malaikat pelindung yang gagal, tak becus dan ingkar. Tali simpul di ruangan kamarnya yang membuatku berkeringat dingin hampir di setiap malam. Ohh...bukan!!, bukan karena mimpi!!, bukan juga karena penyesalan!!, orang-orang yang mati dengan cara seperti itu memang tak layak tuk dikenang terlalu lama, terbunuh oleh pikiran dan perasaannya sendiri, kalian pikir itu keren?!?!, aku rasa itu hal tercupu yang bisa dilakukan oleh manusia, egois banget.

Oh ya, mataku memang minus, itu menjawab kenapa aku pakai kacamata. Aku senang membaca, apa saja, aku tak pandang bulu dalam memilih buku untuk kubaca, kulahap semuanya, dan seperti inilah jadinya; aneh!!!. Mereka bilang aku aneh, tapi menurutku merekalah yang aneh, tapi ya...terkadang aku juga suka cekikikan dan bilang ke diriku sendiri ; "dasar aneh!!!", jadi...terserah kalian sajalah, predikat tak penting buatku. Aku senang bertanya tentang apa saja, pada siapa saja, jawaban mereka memang selalu berbeda, tapi mereka punya kesamaan, yaitu dahi yang berkerut dan tatapan mata yang seolah berkata " what is the meaning of your maksud?!?!".

Aku senang berteori, pokoknya semua teori-teori yang pernah aku baca, aku satukan dalam panci kebijaksanaan versiku sendiri, meski terkadang kurasakan bahwa ini hanyalah pemborosan kertas dan tinta. Aku gak suka hal-hal yang rumit jika bisa dibuat sederhana, gak suka cara yang panjang jika bisa dibuat pendek, intinya aku cuma gak mau ribet. Pernah aku bikin rumus sendiri, saat aku disuruh maju tuk mengerjakan soal semasa kuliah, hasilnya adalah coretan seperempat papan tulis whiteboard, tapi dosen maunya pakai rumus standar sesuai yang diberikan oleh dosen tersebut, alhasil whiteboard penuh coretan, dan hasil akhirnya sama dengan rumus yang kubuat sendiri. Debat dengan dosen sudah biasa buatku, beda generasi pasti beda pola pikir, buatku gak masalah disuruh keluar karena aku dianggap ngeyel, sok tahu, dan arogan. Dan kadang-kadang aku gak masuk kuliah, karena kurasa materinya penuh dengan idealisme-utopis, mending aku di kantin kampus, bisa membaca, main kartu, dan tertawa.

Jika mau bertemu denganku, carilah aku di kampus, jika beruntung kalian akan melihatku menikmati frappe di kantin kampus, atau sedang main kartu, atau juga sedang bercanda samil teriak-teriak disana. Jika kalian menemukanku tertidur pulas di bangku koridor kampus atau di bangku yang dinaungi pohon rindang, itu artinya kalian tidak beruntung. Kalian bisa melihatku nongkrong di peron stasiun KRL, ngobrol sama pengamen, pengemis, preman, bahkan copet sekalipun kuajak diskusi. Didalam kereta pun kalian bisa menemukanku yang sedang asyik duduk di pintu kereta sambil membaca buku, dan berharap ada seseorang yang baik hati mendorongku dari kereta. Atau yang paling mudah, hubungi saja HP temanku
, no nya 081384******, dia pasti tahu aku dimana. Atau kau bisa datang ke rumahnya, karena aku suka menginap di rumahnya sampai berminggu-minggu lamanya. Yup, gw adalah penghuni gelap tetap di rumahnya.

(to be continued...)

Kamis, 27 November 2008

Full Smile - Anti Social - Mental Depressed Explosion (Diriku yang Lain adalah Seorang Psikopat)

Selamat datang dunia abu-abu yang dipenuhi udara hitam pekat, aku melihat semua peristiwa lewat mataku yang memerah, terlalu sulit 'tuk terpejam barang sesaat saja di waktu malam, jahanam yang bernama pikiran selalu menyodorkan hal-hal sepele yang bernama masalah, masa lalu, kecemasan, ketakutan, kebencian, perilaku, dan semua hal yang kuanggap sebagai tai kucing, tai kucing, dan tai kucing.

Kupandangi cermin di kamar, kusaksikan dia tersenyum sinis penuh arti, dan perlahan aku "menghitam" saat anak kunci "mental block" membuka rapatnya pertahanan kenormalan diriku,
obat-obat itu tak berguna dan sementara saja menahannya, dosisnya yang semakin lama semakin tinggi seolah tak berefek apa-apa, mungkin saja seperti itu mekanismenya, pada tingkatan dosis tertentu, obat-obat itu benar-benar menjadi toksik, menjadi dirinya yang sebenarnya dan seutuhnya, meracuni dan membunuh; meracuni kepercayaan, membunuh harapan.

HERE COME THE PAIN...!!!

Sesaat badanku terkulai dan tak mampu bergerak, tangan dan jari -jariku bergetar, kakiku tak bisa kugerakkan, bibirku bergetar dan suaraku seperti tertahan di kerongkongan, pikiranku seolah memutar potongan-potongan memori, sesekali mataku terpejam seperti terkena flash light kamera, emosiku terguncang hebat, tak tertahankan, tak teratur, tawa dan air mata hadir bersama. Senyumku menjadi sinis, mataku merah darah, kulitku memucat, garis-garis hitam di kulit mata bagian bawah semakin jelas, urat nadi di tangan seolah membesar dan membuat tanganku dipenuhi garis-garis berwarna hijau kebiru-biruan, dan beberapa garis itu berwarna biru kehijau-hijauan. Tambah lama semakin lemas badanku ini, rasa hambar yang luar biasa sangat terasa di setiap bagian tubuhku. Badanku semakin lemah, seakan seperti rasa kantuk dan lelah yang akut, kucoba tuk bertahan tuk tetap membuka mata dan terjaga, tapi aku pun akhirnya tak mampu lagi, tak sadarkan diri, menjadi dia, menjadi aku yang lain.

HERE COME MY DENIAL...!!!

(To be Continued..., gara2 ada telfon masuk, buyar deh hohoho..., DAMN...!!!)

Rabu, 26 November 2008

RakaNyaRai : The Beginning (1)

Tiba-tiba aku tersadar dari lamunanku saat mataku menangkap sosok dirinya yang berjalan ke arahku, entah sudah berapa puluh kali aku berpas-pasan dengannya, ingin kubuatkan senyum supaya bisa dilihatnya saat aku berpas-pasan dengannya, tapi dia tetap saja begitu, berjalan sambil menunduk saat dia melihatku berjalan ke arahnya. Lama kelamaan jengkel juga melihat dia berjalan sambil menunduk seperti itu saat berpas-pasan denganku, dan bila kuperhatikan, dia tidak seperti itu saat berpas-pasan dengan orang lain, terkadang aku ingin menjadi orang lain saja, supaya aku bisa melihat wajahnya.

Bahkan, saat sedang kumpul dan ngobrol di kantin kampus, dia yang begitu ceria dan bersemangat saat mengobrol dengan teman-temannya, bisa mendadak terdiam dan hanya sesekali tersenyum saat aku dan teman-temanku ikutan nimbrung obrolan dengan mereka. Pernah sekali kupandangi terus dirinya yang berada persis di depanku saat menunggu fotocopian materi kuliah, dia hanya menunduk dan hanya mengangguk dan menggeleng saat temannya menanyakan sesuatu, tak sekalipun matanya membalas tatapan mataku. "Orang yang aneh", begitu gumamku akhir-akhir ini setiap kali aku melihat dia. Hanya saja, sikapnya yang "aneh" itu justru membuat dia semakin lama semakin memenuhi isi kepalaku ini.

"woooiii...., raka, nilai UAS dah keluar tuh...!!!", teriakan robby memecahkan lamunanku,
"oh yaa...?, nilai gw bagus-bagus gak, robb?", tanyaku sambil duduk disampingnya,
"so pasti dong, ka...but, it's only on your dream hahahahaha....", balas robby sambil menepuk pundakku dan tertawa,
"ada yang ngulang gak gw, robb?", tanyaku lagi,
" mending loe liat aja deh sana, ka...banyak anak-anak kok disana",
"hmm..., yaudah deh, gw kesana dulu ya", jawabku sambil pergi meninggalkan robby yang mulai asyik memencet tombol-tombol HP.

Jalan di sepanjang koridor fakultas MIPA di sebuah universitas negeri di depok ini dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa yang sengaja datang untuk melihat nilai, dan di sepanjang jalan menuju sekretariat jurusanku beragam ekspresi wajah kutemui, mulai dari yang tertawa karena hasil ujiannya bagus-bagus, dan yang murung karena hasil ujiannya hancur lebur. Ada yang senyum-senyum karena baru jadian padahal hasil ujiannya hancur lebur, mungkin buat mereka, yang penting adalah mereka sudah punya status dan belenggu predikat jomblo yang mengerikan sudah hancur bersama dengan hasil ujian mereka. Ada juga yang masih mondar-mandir dan masih sibuk membaca materi kuliah, mereka ini masuk kedalam kategori "to be or not to be", masih bersiap untuk mengikuti HER atau ujian susulan, atau dalam bahasa yang lebih mudah ; masih tanda tanya. Ada juga yang nangis sesenggukan, meraung-raung, meringis seperti orang kesakitan, mereka ini sudah pasti nilainya hancur lebur, dan baru saja di-PHK oleh pasangannya. Lain halnya dengan beberapa mahasiswa yang teriak-teriak dari atap gedung jurusan dan terkadang duduk termenung dengan pandangan yang kosong di pinggir koridor pembatas gedung kuliah di lantai 4, kebanyakan bahkan hampir semua dari kelompok mahasiswa jenis ini adalah laki-laki, dan mereka ini sudah pasti ujiannya hancur lebur, dan status mereka masih dalam belenggu jomblo yang mengerikan, kenapa mereka senang berada di ketinggian?, supaya mereka bisa melihat pasangan-pasangan dan terutama cewek-cewek di bawah dengan leluasa, sambil berandai-andai dan terus berandai-andai (lebay abis nih yang bagian ini, buat yang ngerasa, jangan tersinggung yah...!!! hohoho...!!!). Dan yang terakhir adalah mereka yang biasa-biasa saja, yang cuek dan tak acuh bahkan pada nilai ujian sekalipun, mau nilainya bagus atau nilainya jelek sekalipun, mereka seolah acuh tak acuh, mereka ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang sebenarnya tak ingin kuliah di jurusan yang sekarang mereka masuki dan jalani, kebanyakan dari mereka masuk ke fakultas ini karena desakan orang tua, sebagian lagi karena tak masuk di pilihan pertama, sebagian lagi karena tak cukup biaya, dan sebagian lagi bingung saat ditanya kenapa mereka kuliah disini, mereka hanya bisa nyengir atau cengengesan. Buat mereka kampus ini seperti sebuah pulau, dan mereka seolah terdampar di sini. Dan kurasa, aku pun masuk ke dalam kategori orang yang terdampar di sini.

Tak terasa sampai juga aku di sekretariat jurusanku, banyak sekali orang dan ramai seperti pasar di waktu pagi, cenderung berisik.

(to be continued...)

Selasa, 25 November 2008

RakaNyaRai : The Beginning

Rasanya sudah hampir setahun lebih semenjak aku pertama kali melihat wajahnya. Ya, aku masih mengingatnya dengan jelas, seolah tersimpan rapi di kepalaku, sehingga kapanpun aku ingin mengingat saat itu kembali, sangatlah mudah.

Aku masih bermandi keringat saat aku pertama kali melihatnya, selepas bermain futsal di areal parkiran kampus, melepas lelah di bangku yang dinaungi pohon rindang, dia disana, duduk di tangga kampus dengan dua orang perempuan lain yang kurasa teman dekatnya. Kulitnya putih dan bersih, rambut sebahu yang bergelombang, tatap matanya yang tajam dipagari oleh kacamata, sweater coklat terlihat anggun membalut tubuhnya, celana jeans dan sepasang sepatu kets seolah melengkapi keanggunan dirinya.

Mataku seolah tak ingin berpaling dari setiap gerak geriknya, keceriaannya yang dibarengi tawa, kuamati juga gerakan bibirnya, seolah ingin tahu apa yang diucapkannya, sikap tubuhnya, dan juga gerak bola matanya yang hitam seolah tak bisa diam. Seolah tersihir aku oleh dirinya di sore hari itu dan tak mampu tuk berpaling barang sebentar saja.

Tiba-tiba kudengar suara yang familiar di telingaku, suara Andri yang memecah lamunanku.

" hey, raka...sore-sore bengong loe...?, kesambit loe ntar...!!!!", suaranya setengah menahan tawa,

"ahh, enggak koq, gak bengong gw, lagi mencoba tuk rileks aja, ndri...", suaraku datar sambil tersenyum,

"lagi liatin cewek-cewek itu loe yah, ka...?, serius banget kayaknya...?", tanyanya padaku sambil melempar pandangan matanya ke arah tangga kampus,

aku hanya terdiam dan mencoba melanjutkan kembali kesenanganku yang dipotong oleh andri,

"mereka itu adik kelas kita, ka...yang pake baju hijau namanya Anggi, yang pake baju hitam itu cewek gw, namanya indri, nah, yang pake sweater coklat itu namanya Rai...",

"adik kelas?, Rai...?!?!, hmm...", gumamku sambil terus memandang ke arah tangga kampus, memandangi dirinya,

"eh, ndri...kapan loe jadian sama yang pake baju hitam itu?, siapa tadi namanya, indri?", tanyaku

"makanya, loe jangan terlalu cuek sama gw, ka...nongkrongnya sama satria terus sih, jadi gak up to date kan loe?, iya gw dah jadian sama indri, dah mau 3 bulan nih hehehehe...",

"ternyata, loe tipe cowok gerak cepat juga ya, ndri?", sahutku sambil menahan tawa,

"so pasti, ka...siapa cepat dia dapet hahahaha...", ujarnya lagi sambil tertawa,

"good for you deh, ndri",

"gw samperin cewek gw dulu yah, loe mau ikut gak?, sekalian gw kenalin ke rai, mau gak, ka...?", ajaknya sambil berdiri dan menatapku,

" next time deh, ndri...", jawabku datar,

"serius nih, ka?, gak nyesel loe nolak ajakan gw? apa mau nitip salam aja buat rai?, oke deh klo gitu, gw kesana dulu yah, ka",

aku hanya membalasnya dengan senyum,

tiba-tiba terdengar teriakan andri yang sudah berada di tangga dengan cewek-cewek yang kupandangi tadi,

"RAKA, DAH GW SAMPEIN SALAM LOE BUAT RAI...!!!", teriaknya memecah kesunyian sambil memberikan isyarat dengan jempol tangannya pertanda oke,

dalam hati aku hanya bisa tersenyum dan kesal sekaligus.

(to be continued...)

Senin, 24 November 2008

23 November 2008

You know what, everytime we meet, the rain always falls into the earth,
and it's happens everytime.

The closer I get to you, the rain falls harder.

And I wonder, is this what you want?

We're drenched in the rain, feeling cold, why don't you just hug me?

I make you laugh with my tears, with all my waiting,
and tonight, I just want to laugh.

But the rain that falls, seems to separate us.

We don't talk about love, we just listen to the jazz tunes that scream romantic words into the air.

Just this time, I want you to be honest, I want you to say, though I know that what you believe in imprison you.

I'm just tired with all of these awkwardness between us.

So, just look up to the firework in the dark sky, explode with colors, that's how I see you, love.

And with the rain falls, i remembered you.


[Buat Dia (U.N.F) & Selalu Denganmu-nya Tompi]

PS : Thanks ya, Far..buat jasa translatenya hehe....

Senin, 17 November 2008

Chapter 1 : Slow Motion City

Senja di sebuah kota kecil, sebuah kota dimana untuk keliling kota hanya perlu naik satu kali angkot saja, sebuah kota dimana masing-masing jurusan angkot dibedakan dari warna angkot, sebuah kota dimana warna langit selalu biru lantas berubah menjadi kelabu, sebuah kota yang mengharu biru di kalbu.

Dug...dug...dug...dug...dug...

"Raka, oper bolanya...!!!", teriakan Rey memecah kebisuan,

dengan sigap, Raka siap untuk mengoper bolanya pada Rey; " catch it, Rey...!!!"

"eeiittsss..., tak semudah itu, kawan...hehehehe....", dengan sigap Alex mengambil bola basket tersebut dari tangan Raka,

"damn....!!!!", gumam Raka,

"Lex....., i'm free to shoot...!!!!", teriak adrian dari pojok lapangan,

"Ferdy..., tangkap...!!!!", teriak alex pada ferdy yang persis di bawah ring,

dengan sigap ferdy menangkap bola dan siap untuk meloncat,

" indra...., block....!!!!, raka dan rey berteriak hampir berbarengan,

"no way....!!!!", gumam indra sambil mengayunkan tangan kanannya dengan gerakan hendak menampar bola,

"ini dia...!!!", dengan gesit tangan ferdy mengelak dan dengan pelan melempar bola ke arah ring,

" 50 - 46 ....!!!!, mantap fer...!!!! tipuan yang bagus, hahahahaha.....!!!! kita menang...!!!", alex menghambur ke arah ferdy dan menaiki punggung ferdy yang kekar sambil tertawa,

" yup, we win, hahahahaha....", balas ferdy sembari berlari-lari menggendong alex di punggungnya,

"sialan loe, lex... padahal gw bebas banget tadi hehehehe....", celetuk adrian sambil menggoyang-goyang kepala alex yang plontos sambil cekikikan,

"kalah lagi deh...", celetuk rey sambil berjalan ke pinggir lapangan,

"alex gerakannya kayak setan, rey...gw kaget tiba-tiba dia ada di samping gw trus ngerebut bolanya dari tangan gw, emang gesit tuh anak, damn...!!!, balas raka sambil berjalan ke pinggir lapangan juga,

"fffiiiuuuuuhhhhh, capek banget gilaaa....!!!!!", teriak indra yang kecapean sambil terduduk di bawah ring,

"woiiii, ndut....!!!, sini minum dulu...!!!, teriak raka memanggil indra ke pinggir lapangan,

" yaaaaa.....!!!!", teriak indra sambil setengah berlari ke pinggir lapangan,





"